Latest from the journal

Cinta ‘Tak Semanis Kelapa Moka


Cinta ‘Tak Semanis Kelapa Moka

“Selamat siang. Selamat datang di resto kami.” Pegawai restaurant yang mengenakan seragam berwarna merah begitu hangat menyambut para tamu termasuk Nadia.
“Saya mau meja yang dekat pinggir pantai, bisa?”
“Untuk berapa orang?”
“Dua!”
“Sebentar saya lihat dulu.” Pelayan yang bernama Imron memberi kode kepada temannya untuk memeriksa, apakah tempat yang diinginkan Nadia masih tersedia.
“Mari. Ikut saya.”
“Mau langsung pesan? Kami ada menu...”
“Pesannya nanti aja!” belum sempat Imron menjelaskan nadia sudah memotong penjelasannya.
Setengah jam berlalu.
Nadia masih sendiri. Belum satupun menu ia pesan. Ia sibuk menghubungi seseorang melalui ponsel.
“Maaf mbak. Sudah mau pesan?” kali ini pelayan bernama Meta yang menghampiri.
“Es kelapa moka.”
“Baik. Tunggu sebentar.”
Minuman pesanannya tiba. Nadia masih sibuk dengan ponselnya.  Kali ini raut wajahnya sedikit berubah. Gurat-gurat kecewa mulai terlihat.
Hampir satu jam nadia disana. Seseorang yang ia tunggu tak kunjung datang.  Kelapa moka kini hanya tinggal sebuah gelas kosong.
Tidak lama kemudian Nadia meninggalkan resto dengan raut wajah sedih dan kecewa.
Keesokan harinya.
Ditempat yang sama dan waktu yang sama. Nadia kembali mengunjungi resto yang terletak di pinggir pantai itu. Nadia yang hari itu mengenakan kaos berwarna biru muda dan rok berwarna putih, terlihat sangat cantik.
“Saya mau meja dekat pinggir pantai.”
“Mari. Saya antar.”
“Silahkan. Mau pesan apa?”
 “Es kelapa moka satu.”
“Baik. Tunggu sebentar yah.”
Rasa manis dan segarnya es kelapa moka ditambah pemandangan laut yang indah seakan mengobati sedikit kekecewaannya. Terdengar lagu Diamond milik Rihanna. Ponsel Nadia bordering. Lumayan lama ia berbicara di telepon.
Setengah jam kemudian Nadia menyudahi perbincangannya. Raut wajah kecewa kembali hadir. Kali ini ditambah dengan tetesan air mata. Nadia menangis. Dengan tergesa Ia meninggalkan resto.
Hari ketiga.
Nadia kembali datang di restaurant Buana Beach. Kali ini dengan waktu yang lebih telat dari biasanya. Selepas magrib Ia baru tiba. Kemeja merah dengan celana hitam menjadi pakaian pilihan nadia kala itu. Nadia kembali memesan tempat yang biasa dan menu yang biasa. Seakan tidak ada yang berubah kecuali warna dan model pakaian yang Ia kenakan.
“Gw perhatiin tuh cewek udah beberapa hari ini kesini mulu deh.” ujar Imron sambil melihat ke arah meja Nadia.
“Bagus dong. Berarti Dia pelanggan setia.” Deva mengomentari.
“Gw perhatiin. Dia kalo pulang dari sini pasti mukanya sedih.”
“Lo kebanyakan merhatiin orang! Kerja kerja!” Deva menjitak Imron. Wajah Imron manyun oleh komentar Deva.
“Va, lagi sibuk, gak?”
“Gak juga, nis.”
“Bantu gw anter pesanan meja tujuh dong. Gw mau beresin pecahan gelas dilantai dua.”
Deva mengambil nampan berisi es kelapa moka pesanan Nadia.
“Permisi. Ini minumannya.” Deva tersenyum ramah.
“Makasih!” jawab Nadia singkat.
“Suka es kelapa moka ya, mbak?” Nadia melihat Deva dan kemudian mengangguk.
Diam-diam Deva juga suka memperhatikan Nadia. Wanita berparas cantik itu memang mampu mencuri perhatian orang di sekitarnya.
Pukul delapan malam.
Nadia masih dan selalu sendiri. Kursi dihadapannya seakan dibiarkan kosong. Nadia masih dengan ponselnya. Ia mencoba menghubungi seseorang tetapi tidak mendapat jawaban. Ia pergi dengan wajah yang kecewa.
Pukul sepuluh malam.
Resto telah tutup. Meja dan kursi telah diangkat dan dirapihkan. Karyawan bersiap pulang.
“Deva. Pulang sendiri yah? Mau dong bareng.” Tiwi menggoda.
Deva tidak menjawab. Ia hanya melemparkan senyuman. Ia sudah terbiasa digoda seperti itu. Wajahnya yang imut dan kulitnya yang putih memang menjadi perbincangan dikalangan karyawan wanita.
“Kamu pulang sama aku aja, Wi.” Imron gak mau kalah saing.
“Emooooohhhhhhhhh!”
Deva mengendarai motornya dengan perlahan. Ia merasakan kantuk yang luar biasa. Ketika akan keluar arena pantai timur, Ia melihat seorang wanita tengah duduk di ayunan pinggir pantai. Seseorang yang sepertinya Ia kenal.
“Belum pulang? Udah malem.”
Wanita tersebut adalah Nadia. Nadia terkejut mendapati pelayan resto kini berdiri disampingnya.
“Lo sendiri kenapa gak pulang? Kenapa malah berdiri disini?” ujar Nadia ketus.
“Gak baik malem-malem sendirian disini.”
Nadia terdiam. Ia menatap Deva sesaat kemudian berlalu menuju mobilnya meninggalkan Deva sendiri.
Dipandanginya Nadia. Deva seperti mampu merasakan yang apa dirasakan oleh Nadia. Meski Ia tak tahu itu apa.
Keesokan harinya.
“Ron, cewek yang suka duduk disitu kemana, ya? Biasanya jam segini Dia udah dateng.”
“Ah, lo kebanyakan merhatiin orang. Kerja sono!” Imron membalas perkataan Deva waktu itu.
Lima hari berselang Nadia tak kunjung datang. Sejak malam itu Deva mengkhawatirkan keadaan Nadia. Walaupun Ia tak mengenalnya.
“Va, tadi cewekmu dateng.” Imron membuka obrolan.
“Hah? Siapa?”
“Ih, itu si kelapa moka. Tadi pagi Dia kesini.”
“Tadi pas gw beresin meja, gw nemuin ini.” Imron menyerahkan dompet kulit berwarna cokelat.
“Kamu aja yang balikin. Gw ora pede ketemu cewek cantik sendirian. Didalem dompet ada alamatnya, kok.”
Hari jumat Deva mendapat jatah libur. Ia berniat mengembalikan dompet Nadia yang tertinggal.
Pukul sepuluh pagi Deva sudah tiba di alamat yang tertera. Sebuah komplek apartement mewah ternyata. Berbekal tanya ke satpam. Deva sampai di depan pintu apartement Nadia yang berada di lantai tujuh.
Berkali-kali Ia memencet bel, tetapi tak ada satu orangpun yang membukakan pintu. Satu jam Deva menunggu. Ia memutuskan pulang dan menitipkan dompet tersebut kepada satpam.
Pukul delapan malam.
“Mbak Nadia. Ini ada titipan.”
“Darimana, Pak?”
“Katanya dari pelayan resto ayunan pantai.”
Nadia sempat berpikir. Namun, akhirnya Ia tahu siapa yang dimaksud.
Nadia benar-benar tidak pernah muncul lagi. Deva berharap Nadia datang untuk berterima kasih. Tapi ternyata....
Lima bulan berlalu.
“Permisi. Saya bisa ketemu sama pegawai yang waktu itu ngembaliin dompet saya?”
“Siapa yah?”
“Pegawai yang lima bulan lalu nemuin dompet ini.” Nadia menunjukkan dompetnya.
“Maaf. Saya gak tau, mbak.”
Nadia mencari sosok Deva di dalam resto. Namun, Ia tidak melihatnya.
“Mbak. Tunggu!”
Nadia menoleh.
“Mbak, si kelapa moka kan?”
Nadia mengernyitkan dahi.
“Eh, maaf. Mbak yang suka kesini pesen kelapa moka beberapa bulan yang lalu, kan?”
“Mbak, cari Deva yah? Dia yang ngembaliin dompet mbak waktu itu.”
Imron memberitahukan Deva kini sudah tidak lagi bekerja di resto. Sebulan lalu Ia dipecat karena terlibat perkelahian ketika ingin melerai pengunjung yang berkelahi. Pengunjung tersebut tidak terima dan meminta Deva dipecat.
“Mbak ke alamat ini aja. Dia tinggal disini.” Imron memberikan secarik kertas.
“Permisi.” Nadia mengetok pintu sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana.
“Iya. Sebentar.” terdengar jawaban dari dalam rumah.
Pintu rumah terbuka.
“Kamu????!” Deva tercengang ketika di hadapannya berdiri wanita yang selama lima bulan ini Ia tunggu kehadirannya.
“Hey. Apa kabar? Ehm, mungkin ini udah telat banget. Tapi, gw mau ngucapin makasih soal dompet waktu itu.”
“Iya. Resto hampir aja tutup karena es kelapa moka udah gak ada yang pesen lagi.” Mereka tertawa. Deva mengamati Nadia. Ia seperti merasakan rindu terhadap wanita berambut panjang ini.
“Kok gak pernah ke resto lagi?”
“Maaf. Gw harus pulang!” Nadia menghindar.
Seminggu kemudian.
Deva mencoba menemui Nadia di apartementnya.
“Permisi.”
“Lo? Ada perlu apa kesini?”
“Kayanya gw udah bilang makasih kan waktu itu?”
Belum sempat Deva menjawab terdengar suara tangisan bayi. Deva tetap sabar menunggu di depan pintu. Ia ingin sekali masuk. Namun, adat kesopanan membuatnya enggan melakukan hal tersebut.
“Lo masih disini? Ayo masuk deh!”
Nadia mempersilahkan Deva duduk. Mereka duduk berhadapan. Suasana bisu dan hening sempat tercipta.
“Tadi itu anak gw. Usianya baru sebulan.”
“Maaf. Saya gak tau kalo kamu udah nikah.”
“Enggak pernah ada pernikahan.”
Raven adalah pria yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Raven berjanji menemui Nadia. Namun akhirnya Ia menolak bertemu dan menikahi Nadia. Raven yang berkebangsaan Belgia melarikan diri dan menghilang begitu saja. Bayi perempuan Nadia yang terlahir premature tersebut diberi nama Vey.
Deva terdiam. Ia tidak tahu harus berkomentar apa. Deva merasa simpati.
Beberapa kali Deva mengunjungi Nadia dan Vey. Ia pernah membawakan Vey sebuah boneka sapi yang sangat besar. Tidak hanya boneka dan benda lainnya. Deva juga memberikan perhatiannya kepada Vey dan tidak ketinggalan Nadia.
Dua bulan berselang. Perasaan Deva kian campur aduk. Ia semakin tidak bisa menepis perasaanya. Lebih dari simpati dan Deva tahu benar akan hal itu. Namun, bagaimanakah dengan Della? Sebenarnya Deva telah memiliki seorang kekasih. Sudah enam bulan hubungan tersebut terjalin. Setelah melalui berbagai pertimbangan, Deva memutuskan hubungannya dengan Della. Deva meyakini perasaan yang Ia punya hanya untuk Nadia.
“Nad, aku mau ngomong.”
“Mau ngomong apa? Serius banget?” Nadia tersenyum.
“Aku emang mau serius sama kamu. Aku cinta sama kamu, Nad.”
“Jangan becanda deh Deva.”
Deva meraih tangan Nadia.
“Aku gak lagi becanda. Aku jatuh cinta sama kamu sejak pertama kali liat kamu di resto. Senyum kamu, es kelapa moka dan semua hal tentang kamu, gak bisa sedikitpun hilang dari kepala aku.”
Deva kini berlutut.
“Aku terima kamu apa adanya. Aku gak peduli masa lalu kamu. Aku cinta kamu tulus, Nad.”
Apa yang baru saja dikatakan Deva membuat Nadia terenyuh.
“Maaf. Aku... Aku gak bisa, Va.”
“Kamu memang buat aku nyaman. Kamu pria yang baik. Tapi maaf, ada orang lain yang lebih dulu hadir sebelum kamu dan aku udah pilih Dia.”
Deva menangis.
“Kalo waktu bisa diputar. Seandainya kamu bisa datang lebih cepat, mungkin semua berbeda.”
“Sekali lagi maaf.”
Deva melepaskan genggamannya. Ia tertunduk lemas.














Cerita Cinta Naya

Cerita Cinta Naya

Tuhan memang satu. Kita yang tak sama...” Penggalan lagu milik Marcel yang berjudul Peri Cintaku samar-samar mengalun indah di kamar Naya.
“Galau lagi?”
“Kak, lo bisa gak sih masuk kamar gw ketok dulu?!” Naya buru-buru merapihkan tisu yang berserakan dikasur. Matanya terlihat sembab.
“Lo gak ada kerjaan lain yah selain ngegalau gara-gara Billy?”
“Diem deh!” Naya melempar bantal ke arah Arni.
“Dipanggil mama, tuh. Lo disuruh sarapan.”
“Gw gak laper!” Naya tegas menjawab.
“Ceileh. Mogok makan nih ceritanya? Kalo tiap ngambek lo mogok makan gini, mama bisa ngirit beras, tuh.” Arni tertawa geli.
“Rese lo, Kak! Keluar sana, ah. Gw mau sendiri!” Naya segera mengunci pintu kamarnya. Lagu milik Marcel yang menjadi lagu kebangsaan Naya, terdengar semakin kencang.
Setelah hampir semalaman Naya berdiam diri dikamarnya. Akhirnya Ia keluar juga.
“Eh, keluar juga toh. Gw kira mau ngerem sampai besok.”
“Kok sepi? Mama kemana, Kak?”
“Makanya jangan ngambek mulu. Mama lagi ke rumah tante Emma.”
“Bagus deh. Gw mau keluar sama Billy.”
“Belum juga damai udah ngajak perang lagi.”
“Bodo! Gw jalan yah, sayang.” Naya mencubit pipi kakaknya yang tengah asyik menonton dvd.
“Semalem rebut lagi sama Mama?”
Naya mengangguk. Mulutnya penuh dengan nasi dan bebek goreng kesukaannya. Akibat ngambek semalam, Naya terpaksa mogok makan. Kini cacing dalam perutnya mulai berontak.
“Aku bilang juga apa. Kamu sih ngotot aku suruh ngomong sama Mama.”
“Terus ini kamu bisa keluar gimana caranya?”
“Mama lagi ke rumah tante Emma. Dirumah cuma ada Kak Arni.”
“Cepet abisin makanannya! Terus kita pulang!” Billy sedikit membentak.
“Kamu kenapa sih ditekuk gitu mukanya? Udah gitu diem aja dari tadi keluar mol.”
“Tanya aja sama Mama kamu.”
“Kok jadi nyalahin Mama?”
“Naya stop! Aku capek bahas ini terus!”
Sepanjang jalan Billy tetap membisu. Wajahnya tampak begitu kesal.
Sesampainya dirumah. Arni masih sibuk menonton dvd yang ia sewa cukup banyak sepulang kerja kemarin.
“Kak, lo bantuin gw dong ngomong ke Mama.”
“Gw harus ngomong apaan? Lo kaya gak tau Mama aja. Mama itu keras.”
“Ngomong soal Billy. Gw heran deh kenapa sih Mama jadi lebay gitu tentang hubungan gw sama Billy?”
“Karena lo sekarang udah gede.” Arni lalu mengambil toples berisi kue kacang.
“Tapi, gw sama Billy udah lama pacaran. Udah mau tujuh tahun loh, Kak.”
“Gw ngerti. Tapi, kan lo juga tau ada hal yang gak bisa dipaksain dari hubungan lo sama dia.”
Naya diam. Ia seakan mati kutu kalau sudah membahas hubungannya dengan Billy. Naya menjalin hubungan ketika mereka masih sama-sama berseragam putih-biru. Meski tidak semulus jalan tol dan putus nyambung berkali-kali, Naya tetap tidak rela dunia-akhirat kalau harus disuruh putus dari Billy. Perbedaan keyakinan menjadi masalah utama dalam hubungan mereka.
“Naya. Ayo, Sarapan.” Suara Mama terdengar dari bawah.
“Naya sarapan dikampus aja.” Naya mencium pipi Mama dan kakaknya lalu berangkat kuliah.
“Masih ngambek dia rupanya?”
Arni mengangkat bahu.
Siang itu matahari begitu terik. Dengan langkah lungai Naya tiba dirumah.
“Assalamualaikum.”
“Walaikumsalam. Tumben kamu udah pulang?”
Naya tidak menjawab.
“Naya. Sini sebentar, Nak. Mama mau ngomong.”
“Kamu masih ingat Echa? Ternyata sekarang dia kerja di kantor om Bram. Kapan-kapan kalian ketemu, yah?”
Naya menangkap tanda-tanda perjodohonan terselubung dalam pembicaraan ini.
Hari minggu. Hari dimana Mama, Arni dan Naya lengkap berada dirumah.
“Ada acara apaan, Nay? Kok banyak banget makanan? Tumben tuh meja depan dikasih taplak?”
“Gak tau. Obama mau mampir kali.” Naya sibuk memencet remote tv.
“Haduh-haduh. Ini anak kok udah jam segini masih pada piyamaan? Bukannya pada mandi malah ngerubung disini, sih?”
“Ada apaan sih, Ma?” Arni penasaran.
“Surprise. Kalian mandi terus dandan yang cantik, yah.”
“Nay, gw curiga Mama lagi naksir orang deh.” Arni semakin penasaran.
Jam dua siang. Tamu yang dinanti-nanti Mama pun tiba. Arni dan Naya terkejut. Ternyata tamu istimewa hari itu adalah Echa dan keluarganya.
“Kapan-kapan main lagi kesini. Ajak Naya jalan-jalan.” Mama mengakhiri perbincangan sebelum Echa dan keluarga pulang.
“Kok lo gak bilang mau dijodohin sama Echa?”
“Tau, ah!” Naya cemberut.
“Kalo lo gak mau, buat gw aja. Gak apa-apa deh gw ma brondong. Ganteng. Mapan pula.” Pipi Arni merah merona.
Singkat cerita usaha perjodohan Naya dan Echa gagal. Naya menolak setiap kali Echa mengajaknya jalan. Bahkan ia sering sembunyi, jika Echa mampir ke rumah. Justru Arni kini yang terlihat dekat dengan Echa.
“Kak, kemarin gw ketemu Agung. Terus dia lagi pdkt nih sama gw.”
“Agung siapa? Agung Hercules?” Arni cekikikan sendiri.
“Ishh. Itu loh Agung kakak kelas gw waktu di SMA. Dulu dia pernah bilang suka sama gw. Eh dia malah pindah sekolah.”
“Yaudah terima aja kalo dia nembak lagi.”
“Billy mau gw kemanain?”
“Kasih kucing!”
Kini Naya punya kegiatan baru. Selain jalan sama Billy. Diam-diam Naya sering ketemuan sama Agung. Berbeda kampus dengan Billy, memudahkan Naya untuk menemui Agung.
“Kak, tadi agung bilang sayang sama gw.”
“Paling juga ujungnya lo tolak. Sama nasibnya kaya cowok-cowok lain yang pernah pdkt ma lo.”
“Eh, gak juga kok.”
“Lo mau terima? Terus lo mau putus sama Billy?”
“Gak juga. Gw gak putusin Billy. Gw gak terima Agung. Adil, kan?”
“Lo mau dua-duanya? Serakah!!!”
Keesokan harinya.
“Jawaban kamu gimana, Nay?” cowok berlesung pipi ini meminta jawaban atas pernyataannya kemarin.
“Aku belum bisa jawab. Kamu tau kan aku sama Billy gimana? Aku butuh waktu yang tepat.”
“Aku akan tunggu sampai kamu siap ngelepas Billy.”
Sebuah ciuman hangat mendarat di kening Naya.
Sebenarnya Naya juga punya perasaan yang sama tehadap Agung. Namun, ia masih ragu harus memilih siapa. Meski Billy posesive, sok ngatur, egois dan cemburuan, Naya tetap gak rela ngelepasnya. Berbeda dengan Billy, Agung lebih pengertian dan membebaskan naya berteman dengan siapapun. Agung juga selalu mendukung apapun yang Naya lakukan. Agung termasuk laki-laki yang cerdas. Dan yang paling penting adalah ia seiman dengan Naya.
Setahun kemudian. Naya masih dengan perasaan bimbangnya. Kali ini ditambah dengan rasa bersalah.
Dua bulan lalu, Agung kembali menanyakan kepastian hubungannya dengan Naya. Naya masih dengan jawaban yang sama dan menggantungkan hubungan dan perasaanya dengan Agung. Semenjak itu, Agung mulai mundur dan menghindar. Naya merasakan kehilangan yang luar  biasa. Naya sempat meyakinkan Agung, bahwa ia akan menyelesaikan hubungannya dengan Billy. Namun, tidak pernah ia buktikan.
“Mami sama oma nanyain lagi masa depan hubungan kita.”
“Terus kamu bilang apa?”
“Kamu udah tau kan konsekuensinya apa? Aku gak mau pindah. Kalo kamu serius, ayo ikut aku. Kamu yang pindah.” Billy berusaha tenang membicarakan kelanjutan hubungannya dengan Naya.
“Pindah? Bisa digantung aku sama Mama, Bebh”
“Sekarang putusin mau kamu kaya gimana? Cape kan pacaran kaya gini. Percuma kita pacaran lama, tapi ujungnya gak jelas!” Billy mulai emosi. Nada suaranya meninggi.
“Kamu mau hubungan ini lanjut atau enggak? Itu aja intinya. Kalo kamu mau serius, aku siap. Tapi kalo enggak, mending kita selesaikan semua baik-baik.”
Naya menangis sejadi-jadinya.
Dua bulan kemudian Billy mengambil keputusan. Ia memilih tidak melanjutkan hubungannya dengan Naya dengan alasan masalah keyakinan yang selalu menemui jalan buntu. Keputusan Billy membuat Naya patah hati. Tidak hanya patah, tapi mungkin remuk dan lebur.
Lima bulan berjalan. Naya mencoba untuk move on. Ia mulai mencoba menghubungi Agung lagi.
Makasih ya Nay. Kamu udah pernah jadi yang spesial untuk aku. Maaf aku pilih mundur. Aku harap kamu bisa bahagia dengan Billy. Aku sekarang udah punya seseorang. Aku harap dia bisa gantiin posisi kamu.”
Pesan singkat yang diterima Naya ketika menanyakan kabar Agung membuatnya semakin merana.
“Nyesel kan lo sekarang? Coba aja dulu lo bisa tegas sama perasaan lo. Mungkin gak akan hilang semuanya.”
Naya menghela nafas. Dalam hati ia membenarkan perkataan Arni.







Jika Kau Jadi Aku, Masihkah Kau Dustakan Rindu?

Jika merindukanmu adalah sebuah dosa, maka aku adalah seorang pendosa.

Jika merindukanmu adalah butiran pasir, maka ia begitu pekat sehingga tak mudah tersapu ombak.

Jika waktumu dapat ku beli dengan uang, maka aku rela merogoh tabunganku sampai habis tak tersisa hanya untuk membelinya.
Jika waktumu dapat ku tukar dengan harga diri dengan slalu memohon untuk bertemu, maka akan ku lakukan itu. 

Seandainya sedetik saja kau mengerti rindu yang aku rasakan.
Seandainya kau berpikir sejenak betapa aku terlalu bodoh menghabiskan sebagian besar waktuku hanya untuk berharap satu hari  saja dapat bersamamu.

Kau bukan lah penguasa negara yang tak punya banyak waktu.
Kau bukan para pejabat yang sibuk rapat sana-sini.
Kau hanyalah kau.
Manusia dengan segala ego yang menganggap dirimu terlalu penting dan tak punya banyak waktu.

Jika suatu hari kau jadi aku, masihkah kau dustakan rindu?
Jika suatu hari kau jadi aku, masihkan kau permasalahkan rindu?

Sebait Puisi untuk Ibu

Jika tetes air mampu mewakili perasaanku kepadamu
Maka Samudera pun tak akan pernah cukup.
Jika kata-kata mampu mengungkapkan bagaimana aku mencintaimu cintaku.
Maka sejuta bait puisi pun tak akan cukup.
Jika bintang-bintang mampu mengungkapkan bahagiaku melihat senyummu.
Maka ribuan galaksi bintang diatas sana pun tak akan cukup

Karena ...
aku menyayangi ibuku lebih dari luasnya samudera.
aku menyayangi ibuku melebihi apapun.

Selamat Hari Ibu
Doamu berkah untukku
Senyummu semangat untukku
Bahagiamu tujuan hidupku

Jika ada kata lebih indah dan agung dari sebuah ungkapan terima kasih.
Akan kuberikan untukmu.

Terima kasih ibu.
Terima kasih ibu
Terima kasih ibu

Teruntuk Wanita dan Lelaki Hebatku, Ayah dan Bundaku

Tuhan..
Pintaku satu, bahagiakan mereka untukku.
Inginku satu, sehatkan mereka selalu.
Harapanku satu, biarkan senyuman selalu menghiasi wajah mereka.

Tuhan.
Jika nyawa ini dapat ku tukar, akan aku tukar.
Bukan untukku, tetapi untuk mereka.

Tuhan.
Izinkan aku sukses, agar aku bisa memberikan apapun yang mereka inginkan.
Seperti yang mereka lakukan untukku.
Izinkan aku mengisi hidupku untuk merawat dan menyenangkan hati mereka.

Tuhan.
Jadikan aku orang yang sabar, seperti mereka yang selalu sabar merawatku.
Jadikan aku orang yang kuat, seperti mereka yang tidak pernah mengeluh untukku.
Jadikan aku orang yang tangguh, seperti mereka yang tidak pernah lelah menjagaku.

Sejuta sayang ku untuk mereka.
Lelaki dan Wanita Hebatku.
Ayah dan Bunda

Pecundang

Pecundang..
Aku memanggil diriku.
Seolah takut melihat bayanganku sendiri.
Seolah pikiranku kelu..

Ketakutan mendarah daging.
Asa terbenam dalam balutan kecewa.
Mimpi tenggelam bersama riak-riak kebimbangan.

Aku memilih berhenti tanpa sempat untuk memulai.
Aku memilih mundur, tanpa pernah melangkah maju.
Pikiranku seakan kosong.
Batinku pilu.
Hatiku entah bernaung di negeri mana.

Bisikan-bisikan keputus asaan seakan memanggil.
Mengajakku bermain bersama mereka.
Mengajakku menjadi bagian dari kemunafikkan.
Hingga akhirnya aku sembunyi dibalik jubah ketakutanku sendiri.

Manusia Tanpa Cerita

Aku seperti seorang pengkhianat..
Aku meminta tetapi aku mengabaikan.
Aku seperti seorang pecundang..
Yang berhenti mundur tanpa pernah melangkah..

Bukan..
Bukan aku mengingkari pemberian Tuhan.
Bukan inginku melupakan pemberian.
Aku hanya mencoba jujur.

Entah aku memang lemah..
Entah aku memang tak berdaya..
Atau egoisku yang merajai perasaan, sehingga aku terlihat lemah?

Aku ingini seperti mereka.
mereka yang mampu menatap mentari dengan rasa bangga.
mereka yang berjalan tegak dengan rasa congak dalam jiwa.
mereka yang mampu menepis keraguan tanpa perlu banyak kata.

Aku hanya sebuah bayangan yang terlupakan.
Aku tersingkirkan.
Aku seperti butiran abu yang melebur dalam udara hampa.
Seperti puisi dengan bait kosong tanpa kalimat indah.
Hingga aku menyebut diriku...
Manusia Tanpa Cerita...

Kembali ke duniaku

Finally......

Perjuangan skripsi usai tetapi perjuangan yang sesungguhnya menanti.
Perjuangan untuk "berburu" pekerjaan dengan para pencari kerja lainnya, yang pastilah berkompeten di bidangnya masing-masing.
Dunia kerja di depan mata. Siapkah? Harus siap !!!!!

Mari sejenak kita mengenang si manis yang punya sejuta kenangan, bernama "Skripsi"
Kita putar lagi waktu, beberapa bulan yang lalu, dimana pengorbanan dan perjuangan menjadi bagian didalamnya.
Menguras tenaga, uang, waktu dan pikiran namun berujung indah.

Penulisan skripsi selesai, namun ada penulisan lain yang harus terus di jalankan.
Bukan demi apa-apa. Bukan untuk siapa-siapa. Tetapi demi sebuah mimpi. Sebuah mimpi kecil dan sederhana. Kecil bukan berarti dilupakan. Sederhana bukan berarti diabaikan.
Mimpi menjadi seorang penulis.
Bukan penulis handal, tetapi hanya bermimpi menjadi penulis yang suatu saat karyanya bisa di apresiasi oleh orang lain.
Bukan penulis hebat yang menuliskan berbagai teori-teori ilmiah, tetapi hanya penulis cerita.
Bukan penulis papan atas, tetapi hanya penulis amatir yang sedang belajar dan ingin terus belajar.

Kembali ke cerpen..
Kembali ke Duniaku.....

Pengaruh Perkembangan Budaya Barat Terhadap Pergaulan Bebas Dunia Remaja


Dibalik Perkembangan Budaya Barat dan Teknologi Terhadap Pergaulan Bebas Remaja 



Budaya sering didefinisikan sebagai warisan bangsa. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari budhhi yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Seiring berkembangnya zaman dan teknologi,budaya pun kian berkemban, terutama di Negara kita, Indonesia. Saat ini, tidak hanya budaya dari negeri kita sendiri, tetepi kini mulai masuk dan berkembang juga budaya yang berasal dari luar seperti budaya barat.

Dengan masuk dan berkembangnya budaya barat, maka kita harus pintar-pintar memilih serta mampu menyaring budaya tersebut. Karena tanpa kita sadari ternyata tidak semua budaya yang berasal dari luar tersebut, baik untuk kita, terutama remaja.
Kenapa remaja? karena pada saat remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa itulah, remaja seolah mencari jati diri. Remaja cenderung lebih mudah larut dalam arus modernisasi. Selain itu remaja juga cenderung menjadi pengikut dan meniru dari keadaan sekelilingnya. Sesuatu yang baru dan terkesan modern, merupakan hal yang menarik bagi remaja.
Jika remaja tidak mampu menjaga dirinya dan tidak mampu menyaring budaya yang ada, maka mereka akan terjerumus ke dala pergaulan yang tidak baik, yaitu pergaulan bebas, seperti free sex, penggunaan obat terlarang dan Alcohol.
Pergaulan bebas itu sendiri dapat diartikan sebagai proses bergaul dengan orang lain tetapi terlepas dari norma yang mengatur pergaulan. Pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan.
Selain karena faktor berkembangnya budaya barat yang tidak sesuai dengan norma, pergaulan bebas dapat disebabkan juga oleh pengaruh teman dan lingkungan. Tanpa kita sadari, lingkungan dapat membentuk pribadi kita. Dengan siapa kita bergaul, juga menjadi hal penting. Karena jika kita bergaul dengan teman dan lingkungan yag salah, maka mungkin kita akan terbawa dan terjerumus kedalam lingkungan tersebut.


Pengaruh teknologi juga merupakan faktor yang menjadi salah satu pendorong berkembangnya pergaulan bebas dikalangan remaja. Teknologi yang semakin maju, selain ditandai dengan semakin canggihnya alat-alat teknologi seperti handphone dan lainnya, dengan semakin berkembangnya teknologi, dimana internet termasuk didalamnya, maka berarti akan semakin banyaknya "situs-situs" yang beredar. Tidak tegasnya pemerintah terhadap keberadaan situs tersebut, memudahkan remaja bahkan anak-anak untuk mengakses.

  • Penanggulangan Pergaulan Bebas
Untuk mencegah dan menanggulangi pergaulan bebas yang saat ini sudah sangat menghawatirkan, maka langkah yang sebauknya dilakukan adalah :
1. Budaya barat dan pergaulan yang tidak sesuai dengan norma dan ajaran agama, bisa remaja cegah dengan mendekatkan diri dengan Tuhan, karena jika remaja tersebut mempunyai pengetahuan agama yang baik, maka mereka akan merasa takut untuk melakukan hal yang tidak sesuai dengan ajaran Tuhan.
2. Remaja harus pintar memilih serta menyaring budaya dan teknologi yang masuk. selain itu remaja harus pandai bergaul. Pandai disini dapat diartikan bahwa remaja tersebut harus bisa memilih mana teman dan lingkungan yang bermanfaat untuk mereka.
3. Orangtua dan keluarga mempunyai peranan yang sangat penting karena dari rumah dan keluarga itulah karakter remaja tersebut dibentuk. Orangtua harus memberikan pemahaman akan budaya, teknologi serta pergaulan yang saat ini berkembang.

Oleh : Irni Ristika Sari

Childreen On the Street

Ditulis oleh : IRNI RISTIKA SARI
KELAS : 4EA10
NPM     : 10208659



Tak Ada Lagi Masa Anak-Anak Untuk Kami, Anak Jalanan.


     Masa anak-anak adalah masa yang sangat menyenangkan. Dimana hanya ada tawa dan canda. Dimana mereka bebas bermain serta bebas berimajinasi dengan khayalan dan cita-cita masa kecil mereka. Bebas dan belum ada beban, itulah gambaran nyata tentang dunia anak-anak.
    Tapi kini, semua itu seolah hanya jadi sebuah mimpi bagi sebagian anak di Jakarta. Seperti yang kita semua tahu, bahwa kini, banyak sekali anak-anak kecil yang berkeliaran di jalan raya, untuk mencari rezeki dari orang-orang yang berbaik hati dan iba terhadap mereka.
    Anak-anak itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan akan perut-perut mereka yang lapar. Mereka dipaksa mengamen, berjualan Koran, menyemir sepatu bahkan tidak jarang mereka dipaksa untuk mengemis.
    Dimana orangtua mereka? Mengapa mereka membiarkan anak-anak mereka berjuang di teriknya matahari dan kejamnya jalan ibukota?
    Mungkin pertanyaan-pertanyaan itulah yang terbesit ketika kita melihat anak-anak itu.
    Keceriaan seolah hilang. Mereka yang seharusnya berada di sekolah justru harus merasakan debu-debu jalanan. Berjuang demi kebutuhan keluarga mereka.
    Miris memang. Karena tidak seharusnya mereka memikul beban seberat itu. tidak seharunya mereka menanggung semua itu.
    Itu bukan tanggungjawab mereka. Orangtua mereka lah yang seharusnya bertanggung jawab untuk membiayai kehidupan mereka. Bertanggung jawab mencari nafkah. Bertanggung jawab untuk menyekolahkan mereka. 
    Orangtua mereka juga seolah tidak punya pilihan. Keadaan ekonomi yang jauh dari cukup adalah alasan mereka mempekerjakan anak-anak mereka. Minimnya pendidikan dan lapangan kerja memaksa orangtua mereka untuk seolah pasrah dengan kehidupan.
    Seandainya lapangan kerja itu ada untuk para orangtua anak jalanan, mungkin anak-anak jalanan itu tidak akan kehilangan dunia mereka, Dunia Anak-anak.


Kami Juga Ingin Sekolah. (Suara Hati Anak-Anak Marjinal)

Ditulis Oleh : Irni Ristika Sari
Kelas          : 4EA10
NPM          : 10208659

Kami Juga Ingin Sekolah.
 (Suara Hati Anak-Anak Marjinal) 


      Pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Pendidikan tidak hanya membuat kita menjadi pintar tapi dapat membuat hidup kita menjadi terarah. Dengan pendidikan, kita dapat mewujudkan segala mimpi dan cita-cita. Pendidikan formal dimulai ketika kita duduk dibangku sekolah dasar sampai dengan tingkat sekolah menengah atas (SMA).
      Tapi tahukah kita? Bahwa di Negara kita, di Negara yang katanya kaya ini, Negara yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah, ternyata masih banyak penerus bangsanya yang belum atau mungkin tidak pernah merasakan seperti apa pendidikan formal. Mereka tidak pernah merasakan bagaimana rasanya bersekolah. Bukan karena mereka tidak mau, tetapi karena keadaan yang memaksa mereka untuk melupakan segala mimpi dan cita-cita.
     Seperti yang kita ketahui, bahwa masalah kemiskinan seolah menjadi masalah utama di Negara ini. Faktor kemiskinan jugalah yang membuat ratusan anak Indonesia, buta akan dunia pendidikan. Mereka dibiarkan seharian berada dijalanan untuk mencari nafkah, untuk mengisi perut-perut mereka yang lapar. Mereka seolah kehilangan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Padahal bukankah “Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan?”. Lalu bagaimana dengan mereka? anak-anak Indonesia yang hidup di jalanan, anak-anak marjinal yang terlahir dengan kondisi ekonomi yang tidak mencukupi. Apakah mereka tidak layak mendapatkan itu semua?. Ironis.
      “Kami juga ingin sekolah!”. Kalimat itu mungkin sering diucapkan oleh anak-anak jalanan dan anak-anak kaum marjinal tersebut. Tanpa kita pernah dengar dan tanpa kita semua tahu.  
Seiring berjalannya waktu, kesempatan mereka untuk mendapatkan atau mungkin hanya sekedar mengenal pendidikan seakan semakin tertutup. Mahalnya biaya pendidikan dari tahun ke tahun merupakan penyebab utama. Terkesan bahwa anak-anak dari kaum marjinal tidak berhak mendapatkan pendidikan.
     Padahal Sejak 2009, pemerintah mengklaim telah memenuhi amanat UUD 1945 dengan mengalokasikan minimal 20 persen APBN untuk bidang pendidikan. Meski total dana pendidikan minimal sekitar Rp 200 triliun per tahun dibagi-bagi ke berbagai kementerian dan lembaga, serta pemerintah daerah, dan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) hanya mengelola Rp 50 triliun sampai Rp 60 triliun, kenaikan anggaran pendidikan cukup signifikan. Bahkan sebelum amanat itu dipenuhi, sejak 2005 pemerintah telah meluncurkan program bantuan operasional sekolah (BOS) untuk menunjang program wajib belajar (wajar) sembilan tahun. 
     Sayangnya, di tengah kenaikan anggaran pendidikan dan besarnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan dasar dan menengah, masih terdapat anak Indonesia yang putus sekolah. Kita tercengang mengetahui jumlah anak SD sampai SMA yang putus sekolah pada 2010 mencapai 1,08 juta. Angka itu melonjak lebih dari 30 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 750.000 siswa. Tak hanya itu, masih ada 3,03 juta siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP, SMA, dan perguruan tinggi. 
Program sekolah gratis untuk tingkat SD dan SMP yang didengungkan pemerintah, ternyata belum sepenuhnya terealisasi.
      Seandainya pemerintah sedikit lebih peka dan peduli terhadap nasib pendidikan anak-anak marjinal, mungkin mereka tidak akan kehilangan hak mereka untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Karena bagaimanapun juga merekalah penerus bangsa, mereka lah yang menentukan nasib bangsa ini dikemudian hari.

SINOPSIS & IKHTISAR

SINOPSIS & IKHTISAR

I. SINOPSIS

1. Pengerrtian Sinopsis

Synopsis berasal dari synopica yang berarti “Ringkas”.
Synopsis menurut (KBBI, 1988: 845) adalah ikhtisar karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli yang menjadi dasar sinopsis itu, atau ringkasan atau abstraksi.
Sedangkan Menurut Moeliono (1988) sinopsis adalah karangan ilmiah yang biasanya diterbitkan bersama-sama dengan karangan asli. Yang menjadi dasar sinopsis itu adalah ringkasan dan abstrak.
Sinopsis merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pegarangnya.
Sinopsis biasanya dibatasi oleh jumlah halaman, misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang karangan asli.
Sinopsis bukanlah resensi, sebab resensi tidak hanya meringkas tetapi juga menyimpulkan baik buruknya bulku sesudah dibaca, bahkan dalam resensi penulis dituntut untuk memberi ulasan sesudah melakukan telaah. Umumnya penulis resensi menyeleksi buku-buku secara khusus, yaitu hanya buku-buku yang baru terbit saja dan menarik untuk dikaji atau diresensi.

2. Kegunaan Sinopsis

a. Memberikan gambaran sekilas dan menyeluruh terhadap isi buku, karya ilmiah, laporan penelitian dll. Jadi harus mencerminkan isi karya.
b. Sinopsis sebuah proposal penelitian: memberikan gambaran tentang permasalahan yang akan dipecahkan dan bagaimana cara memecahkannya.
c. Sinopsis karya ilmiah: memberikan gambaran permasalahan, cara pemecahan dan temuan utama.

3. Menulis synopsis yang baik

Setelah kita tahu peran dan fungsi sinopsis, sekarang kita akan membahas bagaimana menulis sinopsis yang baik. Di bawah ini ada beberapa tips yang dapat menjadi acuan:
a. Sinopsis sebaiknya tidak lebih dari satu halaman. Sepertinya mudah menulis sinopsis satu halaman daripada menulis satu novel. Jika Anda sudah mencobanya, mungkin Anda akan berpikir sebaliknya. Bahkan jika Anda dapat menceritakan seluruh isi naskah Anda dalam satu paragraf saja, itu lebih baik.
B Jangan menulis sinopsis dengan bentuk seperti resensi. Sinopsis berbeda dengan resensi. Sinopsis secara obyektif menceritakan isi buku, sedangkan resensi adalah ulasan tentang buku yang berisi pendapat pribadi tentang kelebihan dan kekurangan suatu buku. Editorlah yang akan menilai naskah Anda, bukan Anda.
C Berbeda dengan resensi, sinopsis yang Anda kirimkan pada penerbit dapat menceritakan seluruh isi buku termasuk elemen-elemen penting yang dirahasiakan dan menjadi kejutan. Di dalam resensi, hal ini tidak dianjurkan karena akan merusak keasyikan membaca orang lain.
D Jangan mencontoh mutlak sinopsis yang ada di cover belakang buku yang dijual di pasaran. Sinopsis yang ada di situ biasanya sudah tidak murni sinopsis karena sudah ada muatan promosinya. Sinopsis yang Anda kirimkan untuk penerbit adalah sinopsis yang menceritakan isi buku, tidak kurang tidak lebih.
E Jangan gunakan bahasa sastra yang berbelit-belit. Gunakan bahasa formal yang memudahkan editor untuk memahami naskah Anda secara keseluruhan.
F Pastikan keunggulan naskah Anda terdapat di dalam sinopsis. Apakah itu idenya, keunikan temanya, dll. Tentunya tidak dengan memuji-muji keunggulan tersebut, tetapi dengan menyatakan keunggulan tersebut secara obyektif.

4. Contoh Sinopsis

Sinopsis Novel CINTAPUCCINO

Nimo, adalah cowok yang menjadi obsesi Rahmi sejak kecil hingga remaja. Ia pun bertekad untuk mendekati Nimo, kakak kelasnya sewaktu di SMA hingga di perguruan tinggi. Namun upaya Rahmi tidak pernah berhasil. Ia pun menyerah. Lalu, ia pun realistis dan memutuskan bahwa Nimo hanyalah masa lalu dan tinggal impian.
Rahmi pun akhirnya menerima Raka sebagai pengisi hatinya. Hubungan pun menjadi sangat serius. Sepuluh tahun kemudian, setelah Rahmi dapat melupakan Nimo dan sedang mempersiapkan acara tunangannya dengan Raka, calon suami Rahmi,Nimo datang kembali untuk menemui Rahmi.Kedatangannya kali ini untuk meminta Rahmi menjalani hubungan lebih dari sekedar teman dengannya. Hal ini menunjukkan bahwa selama ini si Geronimo memiliki perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan Rahmi kepadanya.
Rahmi berada dalam dilema. Membatalkan rencana pernikahannya dengan Raka, rasanya sulit. Dicintai Nimo adalah obsesi, dambaan yang selama ini terpendam lalu tiba-tiba muncul menjadi kenyataan. Mampukah Rahmi memilih?

II. Ikhtisar

1. Pengertian Ikhtisar

Ikhtisar disebut juga intisari dari suatu uraian atau pembicaraan. Pada tulisan jenis rangkuman, urutan isi bagian demi bagian, dan sudut pandang (pendapat) pengarang tetap diperhatikan dan dipertahankan. Hal itu berbeda dengan ikhtisar. Ikhtisar juga merupakan bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan, namun dalam pembuatannya tidak perlu mempertahankan urutan isi dari suatu karangan secara proporsional. Penulisan ikhtisar bisa saja langsung tertuju pada pokok permasalahan.
Pengertian ikhtisiar (summary) merupakan suatu bagian dari tulisan yang menyampaikan suatu informasi yang penting dari sebuah tulisan dalam bentuk yang sangat singkat
Ikhtisar dapat membantu kita dalam pemahaman karangan asli dengan cermat, dan bagaimana harus menulisnya kembali dengan cepat.
penulis tidak akan membuat ringkasan dengan baik bila kurang cermat membaca, bila ia tidak sanggup membeda-bedakan gagasan utama dari gagasan-gagasan tambahan.
Selain itu juga Dapat mempertajam gaya bahasa, serta menghindari uraian-uraian yang panjang lebar yang mungkin menyelusup masuk dalam karangan tersebut

2.Fungsi Ikhtisar

a. Untuk Mengembangkan Ekspresi Serta Penghematan Kata.
b. Memahami Dan Mengetahui Isi Sebuah Buku Atau Karangan
c. Membimbing Dan Menuntun Seseorang Agar Dapat

3.Cara membuat ikhtisiar adalah sebagai berikut :

a) Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya dua kali).
b) Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokokj yang terdapat dalam naskah.
c) Menulis ihtisiar.

4. Contoh Ikhtisar

Sekitar 30.000 hingga 50.000 orang berkumpul di kota Hiroshima, Jepang untuk mengenang peristiwa jatuhnya bom atom di kota itu pada tanggal 6 Agustus 1945 yang menewaskan sekitar 14.000 jiwa. Mereka bersama-sama mengheningkan cipta selama 60 detik dan melepaskan ratusan burung dara pada upacara peringatan ini. Upacara tersebut akan dilanjutkan pada hari Kamis 9 Agustus 2001 di kota Nagasaki yang 56 tahun yang lalu juga dibom oleh AS sehingga menewaskan sekitar 70.000 orang pada peringatan itu Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi meminta kepada seluruh dunia untuk menghapus senjata nuklir.



DAFTAR PUSTAKA

(http://wyw1d.wordpress.com/2009/12/25/cara-menyusun-sinopsis/ )
(http://pusat-akademik.blogspot.com/2008/10/menulis-sinopsis-ikhtisar-dan-ringkasan.html )
(http://agustinadewic.blogspot.com/2009/10/pengertian-sinopsis.html )
http://ulfahrohmah.blogspot.com/2011/04/ikhtisar.html )
http://pusat-akademik.blogspot.com/2008/10/menulis-sinopsis-ikhtisar-dan-ringkasan.html )