Orang Miskin Tidak Dilarang Pintar !!!

Dina Bakti Pertiwi (18), dan Muhammad Wildan Rabbani Kurniawan (17), dua orang putra-putri bangsa. Keduanya memiliki sisi anomali: miskin tapi pintar, pintar tapi miskin. Miskin tapi pintar artinya, ini membalikkan pandangan normal yang menyebut hanya orang kaya dengan asupan giji tinggi yang berhak atau layak pintar.

Pintar tapi miskin, berarti otaknya encer, berisi, cerdas, namun akan sangat rentan semua obsesi misalnya melanjutkan pendidikan ke sekolah/universitas ternama dan bermutu terganjal gara-gara kurang ‘gizi’ saku. Ketiadaan biaya.

Dua asumsi itu berlaku juga untuk Dina dan Wildan. Mereka lulusan terbaik SMA di Jawa Timur dengan nilai UN tertinggi, tetapi mereka menghadapi ancaman tidak dapat melanjutkan kuliah karena ketiadaan biaya. Mereka berdua, tumbuh dalam dua keluarga berbeda namun sama-sama tidak seberuntung saudara sebangsanya yang saban hari tidur di hotel atau apartemen mewah, mobil mewah dam harta benda berlimpah.

Wildan lulusan SMA Negeri 1 Gresik, meraih nilai total 57,20 dari enam mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia (9,00), Bahasa Inggris (9,20), Matematika (10,00), Fisika (9,75),Kimia (9,75), dan Biologi (9,50).

Predikat luar biasa. Ia juara I untuk jurusan ilmu pasti (IPA) dari semua siswa SMS/sederajat se- Jatim dalam ajang Ujian Nasional yang diikuti ratusan ribu siswa. Wildan mensyukuri pencapaiannya. Walau begitu tidak berhenti juara di SMA. Ia bermimpi menjadi dokter internist dengan jebolan fakultas kedokteran ternama, di Jakarta. Konon biaya pembangunan masuk di fakultas ini mencapai ratusan juta.

Seorang perempuan berparas ayu, Dina Bakti Pertiwi (18), menyabet nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi untuk program IPS se-Jawa Timur. Dina meraih nilai tertinggi Unas untuk program IPS yakni 54,75, atau rata-rata nilai 9 untuk masing-masing mata ujian. Dina juara pada jurasan ilmu sosial.

Hidup yatim, setelah meninggalnya sang ayah, M Syafi’ hampir dua tahun silam, membuat ekonomi keluarga Dina serba kesulitan. Walau begitu, dia tetap semangat ketika disinggung perekonomian keluarga. Di tidak patah arang. “Wah harus tetap optimistis meski ekonomi keluarga pas-pasan. Sekarang juga lagi nyari cara agar saya nanti bisa kuliah,” tegas anak ketiga dari lima bersaudara itu seprti dikutip Surya.

Dina, memilih Fakultas Ekonomi Universitas Jember melalui jalur PMDK, atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Namun untuk masuk melalui jalur PMDK, keluarga Dina harus menyediakan uang Rp 6.750.000. Angka yang terbilang besar bagi keluarga itu. “Angka segitu, besar sekali. Kami jelas tidak akan mampu,” ujarnya.

***
Seorang kawan berkata miskin bukanlah dosa turnan. Miskin bukan kutukan. Karena itu tidak perlu takut, malu, atau tabu jadi orang miskin. Orang miskin tidak dilarang pintar. Biar miskin, asal tekad bulat, membara sekuat baja dan niat maju seteguh batu karang, badai-tofan pun tak mampu menghalangi. Asal ada kemauan, pasi ada jalan. Where there’s a will, there’s a way.

Lihatlah keajaiban selalu ada pada mereka yang berpengharapan. Wildan hampir dipastikan tidak akan terganjal karena masalah kesulitan ekonomi. Rektor UI Prof Gumilar R Somantri mengatakan memberi solusi kepada Wildan agar dapat mewujudkan cita-citanya masuk ke Fakutlas Kedokteran UI.

“Untuk itu harus ada aksi konkret dari UI, maka saya minta berbicara langsung dengan Wildan saat dia akan berangkat ke Jakarta beberapa hari lalu untuk menemui seorang pengusaha yang telah menjanjikannya membiayai kuliah di UI. Saya sangat mengapresiasi hal tersebut,” ujar Gumilar, seperti dilansir Kompas.com.

Saat dialog dengan satu stasiun televisi nasional pekan lalu, bos Panasonic Gobel Indonesia Rachmat Gobel yang juga menjabat anggota Majelis Wali Amanat UI (MWA UI), mengusahakan akan meloloskan Wildan ke UI dan menjanjikan beasiswa sampai lulus. Ada pun Dina telah bertemu dengan Menteri Pendidikan Nasional, dan sudah ada solusinya.

Kisah ini berpesan, kaya memang mulia. Tetapi jangan pernah anggap remeh orang hanya karena miskin. Dan orang miskin jangan pernah putus asa, terus pupuk semangat dan rajin belajar untuk pintar. Dengan akal dan kebijaksanaan, akan ada solusi dan pertolongan.

Kalau sudah dilakukan usaha keras dan maksimal, tinggal saatnya berserah. Itu perlunya Tuhan ada. Kalau semua berjalan sesuai kalkulasi mate-matika, tidak perlu berpengharapan pada Penyelenggaraan Illahi atau Providentia Dei.

(kompas)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer